Kamis, 29 September 2016

Cerita dr cloter sebelah

Numpang lewat
Smg bermanfaat...

Bismillahirrahmanirrahim..
*Cerita dari kloter sebelah...*
[9:32 PM 14/09/2016] Isti Sibuea dr: Selama di Arafah dan Mina ada 1 hal yang sangat terasa. Kalau selama ini kami hanya bergaul dengan kawan2 sekamar, tapi di Mina kami tidur di bawah tenda dengan seluruh jamaah berbagi _lapak tempat tidur_ tanpa kasur dan bantal empuk yang biasanya kami dapatkan di Hotel. Kami bisa melihat satu sama lain, dan membuat aku tercengang _membaca_ pembelajaran dari Allah.

*Betapa banyak contoh2 di depan mata, ada ibu yang berusia 68 tahun yang menderita hemiplegi (lumpuh setengah badannya) karena stroke tahun lalu akibat hipertensi dan diabetes berhaji dengan suaminya yang hipertensi dan mulai pikun, mereka ditemani putrinya yang merawat ibunya mulai dari mengganti pampers, memberi obat, membujuk makan... antri di toilet... dan segala tetek bengek yang sangat menguras energi dan emosi namun terlihat sangat sabar, tidak terlihat sedikit pun rasa lelah di wajahnya. Sang Ayah terlihat tidak bisa banyak membantu karena beliau juga harus _berjuang_ untuk dirinya. Kami pernah berkeliling mencari Bapak tsb karena _hilang_ setelah miqot di Tan 'im. Baru ditemukan dinihari secara kebetulan di maktab lain* .

*Di sudut lain ada pemuda yang sangat santun membujuk ibunya yang sakit rematik tapi ngotot mau ikut jalan kaki melontar kiloan meter. Cara pemuda ini membujuk ibunya di setiap tindakannya, membuat kami diam2 berdo'a semoga memiliki putra yang santun dan soleh seperti dia. Bahkan mau ke toilet pun si pemuda _permisi_ pada ibunya: _"mamak ada perlu? Nanti mamak jangan cari saya ya. Saya ke toilet sebentar, mungkin agak lama karena ngantri. Gak apa2 kan mak..."_ katanya sambil mencium kening ibunya sepintas. Kami terpesona melihat kesantunan anak muda itu. Kami bertanya pada ibunya: _"apa do'a ibu untuk anak ibu?"_ Ibu itu hanya tersenyum. Masya Allah...betapa beruntungnya ibu itu*

*Di sisi lain aku melihat seorang ibu yang selalu meneteskan airmata diam2 karena ucapan kasar yang sering terlontar dari mulut anaknya di depan orang lain. Keriput di wajahnya menghilangkan aliran airmata itu. Aku genggam tangannya dengan lembut.*

*Banyak sekali kisah yang _berbicara_ tanpa skenario semua dipertontonkan Allah SWT membuat kami lupa sejenak rasa panas dengan temperatur hampir 52°C di bawah tenda Arafah* .

Tiba2 aku ingat dengan tulisan yang pernah di-share di medsos yang rasanya pas sekali....
Mari kita simak...
[9:32 PM 14/09/2016] Isti Sibuea dr: *SANGAT MENGHARUKAN… PESAN ORANGTUA KEPADA ANAKNYA…*

Anakku.. suatu hari nanti, kamu akan melihatku tua renta, dengan polah yang tidak logis.

Jika hari itu datang, aku mohon berikan sebagian waktumu untuk memperhatikanku.. berikan pula sebagian kesabaranmu untuk memahamiku.

Saat tanganku mulai bergetar-getar, sehingga seringkali makananku jatuh ke dadaku.. saat aku tidak kuat lagi memakai bajuku sendiri.. maka hiasilah sikapmu dengan kesabaran mengurusku.

Ingatlah dulu ketika aku bertahun-tahun lamanya mengajarimu hal-hal yang tidak bisa kulakukan di hari ini.

Jika aku tidak lagi rapi dan wangi; jangan salahkan aku… Tapi ingatlah di masa kecilmu, bagaimana aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi.

Jangan menertawakanku, bila kamu melihat aku tidak tahu atau tidak paham tentang perkembangan zamanmu.. tapi jadilah kamu mata dan pikiranku, agar aku bisa menutupi ketertinggalanku.

Aku dahulu yang mendidikmu, aku dulu yang mengajarimu bagaimana menghadapi hidup ini… Akulah yang dulu mengajarimu apa yang harus aku lakukan hari ini, dan apa harusnya tidak aku lakukan hari ini.

Janganlah kamu bosan dengan lemahnya ingatanku, lambatnya kata-kata dan pikiranku saat berbicara denganmu.. karena yang membahagiaanku saat ngobrol denganmu sekarang ini; adalah kebersamaanku denganmu saja.. Bantulah aku untuk mendapatkan keinginanku, karena aku masih tahu apa yang kuinginkan.

Saat kedua kakiku tidak patuh lagi untuk membawaku ke tempat yang kuinginkan; jadilah kamu seorang yang penyayang.. ingatlah bahwa aku dahulu menuntunmu berkali-kali agar engkau mampu berjalan.. maka jangan kau malu menuntunku saat ini, karena nanti juga kamu akan mencari orang yang menuntunmu.

Ingatlah, di umurku ini aku tidaklah menginginkan kehidupan sepertimu.. tapi simpelnya, aku hanya menunggu kematian.. maka, temanilah aku.. jangan kau campakkan aku.

Saat kamu ingat kesalahan-kesalahanku; ingatlah bahwa tidak ada yang kuinginkan darinya kecuali kebaikan untukmu.. maka, sesuatu yang paling baik kau lakukan untukku saat ini adalah memaaafku, menutupi aibku.. semoga Allah memaafkanmu dan menutupi aibmu.

Sungguh tawa dan senyumanmu masih terus membuatku bahagia seperti dulu.. oleh karena itu, jangan halangi aku untuk menemanimu.

*Aku dahulu bersamamu saat kamu dilahirkan.. maka* , hendaklah kamu bersamaku saat aku mendekati kematian!!*

———-

*Ya Rabb, ampunilah aku dan kedua orang tuaku… Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidikku (dengan kasih sayang) saat aku kecil*

Alih bahasa:

Musyaffa’ Ad[disingkat oleh WhatsApp]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar