Rabu, 12 Oktober 2016

MTK yg menyenangkan

MTK

Praktik pengajaran matematika di SD sampai SMA saat sekarang fokus pada komputasi dan menghafal rumus. Kurikulum matematika fokus pada matematika sebagai alat. Sisi bernalar canggih, menemukan rumus sendiri, dan estetikanya matematika justru hilang.

( Prof. Dr. Iwan Pranoto, guru besar ilmu matematika ITB )

Akibatnya, matematika yang diajarkan ke anak-anak kita direduksi, ini bukanlah matematika yang sesungguhnya. Ini lebih mirip tata buku, ketimbang seni bermatematika. Anak-anak kita jadi tukang penghitung, bukan seniman matematika. Ini juga sangat mungkin dikarenakan saat sekarang banyak orang terlibat dalam perancangan kurikulum matematika nasional kita padahal bukan matematikawan.

Matematikawan dapat menyisipkan keindahan matematika serta kenikmatan bermatematika dalam kurikulum. Untuk orang-orang yang dididik melalu sains dan rekayasa, mereka akan melihat matematika sebagai alat semata, bukan dilihat kenikmatan atau indahnya.

Demikian pula semakin banyak kursus-kursus matematika yang diberikan oleh orang-orang yang tak mengenyam pendidikan sarjana dan pasca sarjana dalam matematika. Ini berkontribusi memberikan gambaran matematika yang seperti alat hitung-hitungan semata tak bermakna.

Melalui belajar matematika, seseorang akan mengembangkan tiga hal, yaitu pemahaman matematikanya, kecakapan-kecakapannya seperti bernalar serta berkomunikasi, dan sikap intelektualitas. Hal pertama jelas, seseorang pasti menjadi paham gagasan matematika. Kecuali itu, seseorang yang belajar matematika dengan baik, dia akan mengembangkan kecakapan bernalar kritis, memecahkan masalah, serta cakap berargumen yang memang semakin dibutuhkan di dunia tanpa batas ini.

Hal ketiga yang akan dikembangkan adalah penumbuhan sikap intelektualitas, yakni terbuka dengan pemikiran orang lain, menghargai pemikirannya sendiri, dan menghargai matematika sebagai hasil peradaban manusia.

Seperti seorang seniman melukis, seorang penyanyi menyanyi, bermatematika seharusnya juga merupakan upaya seseorang untuk menghibur dirinya. Seperti seorang yang mengisi teka-teki silang atau sudoku, demikian juga seorang yang bermatematika seharusnya melakukan dengan keasyikan, bukan beban.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar