Minggu, 06 November 2016

Malaikat tanpa Nama

Malaikat  Tanpa  Nama
-Bang  Joy-

Allah  memanggil.
Allah  memanggil.
Allah  memanggil.

Iman  di dada  kami  masih  ada  getarnya. Karenanya, kami bertemu  dalam satu  niat. Meninggikan  kalimat   Allah. Di  tanah  #Betawi,  tempat  kami  berpijak  #Jakarta. Tempat  kami  meraih  kejayaan, #Jayakarta.

Jangan  kau  harap  kisah  ini.  Ada di media-media  yang  biasa  menemanimu. Memberitakan yang salah jadi benar. Yang benar jadi salah.

Begini, sahabatku.
Sebelum salat Jumat di masjid Cut Mutiah.

Lapangan parkir sudah dipadati. Para peserta Aksi Bela Al Qur'an. Meski  terik  menyapa dan menyengat tubuh para peserta aksi. Semua tetap dalam barisan yang rapi. Tenggalam dalam zikir-zikir panjang. Menguncang arsy di siang bolong.

Abang tukang  ojek. Datang memghampiri kami. Ada mendung diwajahnya.

Sambil menyerahkan sejumlah uang. Sebagai bukti kehadirannya ikut aksi dalam bentuk donasi.

Tak mampu ia menahan isaknya, seraya berkata.
"Mohon maaf bang, gak bisa ikut aksi bela agama."

"Ini dari teman-teman!" Tak puas dengan jumlah yang ada. Isi  dompetnya  ia kuras lagi. Kini tak ada lagi sepeser pun didompetnya. Air matanya bertambah deras.

Bang sisain buat keluarga di rumah! temanku coba mengingatkan si tukang ojek.

"Gak apa-apa bang, insya Allah ada lagi rezeki! Timpal malaikat tanpa nama.

Sambil  berpelukan  pecah tangisnya tak terbendung. Malaikat tanpa nama. Tenggelam dan menghilang di antara jutaan peserta aksi.

Ia pamit. Dan, melarang kami mengabadikan dalam bentuk apapun. Tak ada foto, tak menyebut nama. Tak mau di ajak ke posko panitia. Malaikat tanpa nama menampar jiwa kami. Dengan segala keterbatasannya. Masih bisa memberikan bantuan. Meski ia dan teman-temannya sangat membutuhkan.

Aku bertanya padamu, Pak Presiden.
Adakah orang seperti ini ditunggangi?

Bang Joy

*dikutip dari FB-nya Bang Joy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar