📝Tugas Kita Hanya Melaksanakan Perintah
===
Bila Al-Quran sudah bercerita tentang sesuatu, pasti di sana ada pelajaran penting yang bisa diambil oleh manusia.
Sewaktu kecil, aku selalu suka bila guru mengaji berkisah tentang sejarah nabi beserta mukjizatnya. Dan salah satu kisah yang paling aku kagumi, adalah kisah Nabi Yunus.
"Mukjizat Nabi Yunus adalah, beliau bisa tetap hidup meski sudah tertelan ikan paus selama berhari-hari." Begitu ustadz menuturkan sejarah Nabi Yunus.
Saat itu, aku bersama teman-teman kecil cuma bisa mengucap takjub, "Keren! Kok bisa ada manusia dimakan ikan paus tapi masih hidup?"
Sejarah tentang selamatnya Nabi Yunus setelah berada di perut ikan paus memang menakjubkan. Melampaui akal sehat manusia. Menunjukkan pada kita bahwa Allah memang Maha Kuasa atas apapun yang dikehendaki-Nya. Hanya saja, fakta sesaat sebelum Nabi Yunus dimakan ikan paus itu ternyata menyimpan hikmah yang tak kalah memukau.
***
Bayangkan bila kita berprofesi sebagai sales sebuah produk. Di lapangan, kita sudah mengeluarkan semua jurus marketing yang dipunya. Membeberkan semua teori pemasaran yang lama dipelajari. Namun sampai setahun tidak ada satu pun yang membeli produk kita.
Oke, sabar. Baru cuma setahun. Kita terus mencoba di tahun kedua. Ikhtiar dan doa diperkencang. Tapi di tahun kedua ternyata lebih mengecewakan dari tahun pertama. Bukan hanya dagangan tak terbeli, kita malah dimaki-maki, dianggap mau menipu calon pembeli.
Tarik nafas, elus dada. Sabar. Baru dua tahun. Di tahun ketiga usaha dikerahkan habis. Tapi tetap saja tak satu pun customer yang mau membeli.
Angin sejuk mulai menyapa di tahun ke-empat. Di ambang putus asa, ekonomi makin mencekik, ternyata ada yang mau beli produk kita. Dua orang. Kita senang bukan main. Menambah semangat berjualan.
Hanya saja. Hari berganti pekan, pekan berubah minggu, minggu menjelma bulan, dan bulan menjadi tahun. Setelah itu, tak ada lagi seorang pun yang mau membeli produk kita. Padahal produk yang dijual itu bagus.
Hingga sampai 24 tahun melakukan promosi, hanya dua orang yang membeli dagangan kita.
Apa yang kita rasakan? Kecewa, marah, merasa tak dihargai?
Itu pula yang dirasakan oleh Nabi Yunus. Bayangkan, jika Nabi Muhammad bisa menyebarkan agama tauhid di seantero negeri, memiliki banyak penganut dalam waktu kurang lebih 23 tahun saja. Nabi Yunus berdakwah selama 24 tahun tapi cuma dapat 2 orang pengikut. Belum lagi beliau harus mendapat perlakuan tak pantas dari kaumnya. Dituduh gila, perusak tatanan masyarakat, tukang sihir, bahkan mendapat ancaman pembunuhan.
Padahal sebelum diangkat menjadi nabi, Yunus A.S. Merupakan orang yang sangat disegani oleh masyarakat Ninawa.
Padahal, Nabi Yunus tak meminta imbalan apa pun atas dakwahnya. Dia tidak sedang berdagang, tak ada sedikit pun tujuan lain selain agar kaumnya mendapat berkah di dunia, dan surga di akhirat kelak.
Hingga pada satu titik, kebebalan kaum Ninawa benar-benar melewati batas kesabaran Nabi Yunus.
"Ini yang terakhir kali aku berpesan. Ikutlah denganku. Menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Dan tinggalkan kebiasaan kalian menyembah berhala," ucap Nabi Yunus, berusaha sabar.
"Apa kami harus menurutimu, hey orang gila? Kami sudah nyaman di sini bersama agama nenek moyang kami." Pemuka kaum Ninawa terkekeh.
Nabi Yunus tak bisa menahan amarahnya. Dengan wajah memerah, alis terangkat, beliau berucap lantang,
"Semoga Allah hancurkan kalian malam ini!"
Nabi Yunus balik badan. Pergi meninggalkan warga Ninawa yang terbahak-bahak menghina beliau.
Sesampai di rumah, Nabi Yunus berkemas-kemas. Berencana meninggalkan kampung Ninawa yang bebal bukan main itu.
Saat itulah, datang malaikat Jibril.
"Kamu mau ke mana?"
"Pergi."
"Bukankah Allah menyuruhmu untuk berdakwah?"
"Berdakwah kepada orang-orang berkepala batu itu?" Dada Nabi Yunus bergemuruh. "Sudah 24 tahun aku berdakwah dengan sabar. Tak kurang perhatianku pada mereka. Agar mereka selamat dunia akhirat. Tapi apa yang aku dapat? Mereka malah menuduhku sebagai orang gila, tukang sihir, bahkan ada yang mengancam membunuhku. Aku sudah lelah. 24 tahun berdakwah, aku cuma mendapat dua orang pengikut."
Malaikat Jibril berucap, "Tugasmu hanya berusaha. Hasil akhir biar Allah yang menentukan."
"Maaf. Aku mau pergi dari sini."
"Tapi kamu adalah seorang nabi. Kau orang terpilih, Yunus. Tugasmu hanya melaksanakan perintah. Bukan menentukan hasil akhirnya."
"Aku sudah tidak kuat."
Hari itu, Nabi Yunus benar-benar pergi meninggalkan negeri Ninawa menggunakan kapal. Hendak menyeberang ke pulau lain. Mencari kehidupan baru.
Dimulai dari sinilah, Allah memberi pelajaran berharga pada Nabi Yunus juga pada setiap orang yang membaca kisah ini.
Malam itu, laut tiba-tiba mengganas. Ombak membukit membuat oleng kapal yang ditumpangi Nabi Yunus. Belum selesai masalah, timbul masalah baru. Entah dari mana, muncul dengan cepat, ikan berukuran besar. Al-Quran menyebutnya Dzun Nun. Itu binatang yang besar sekali. Ujung ekor sampai ke kepalanya lebih panjang dari 2 badan kapal layar. Menabrak kapal hingga makin oleng. Menurut adat setempat, harus ada yang dikorbankan agar ikan paus itu pergi. Seisi kapal melakukan undian. Menulis nama seluruh penumpang di kertas, lalu mengambil sembarang satu kertas. Nama yang tertera di kertas yang diambil itulah yang akan dikorbankan untuk ikan paus.
"Yunus."
Ucap si pengundi. Mengangkat tinggi kertas undian.
Nabi Yunus maju dengan menunduk. Lalu ia pun dilempar ke dalam laut.
Melihat ada mangsa jatuh ke laut, Ikan Dzun Nun mendekat dan membuka mulut lebar-lebar persis di hadapan tubuh Nabi Yunus yang terombang-ambing. Dan dalam sekejap Nabi Yunus terseret masuk ke dalam mulut Dzun Nun bersama berliter-liter air.
Dzun Nun membawa Nabi Yunus ke dalam dasar samudra. Gelap di atas gelap.
Di dalam perut paus, ternyata Allah masih memberi kehidupan pada Nabi Yunus. Saat itulah Nabi Yunus sadar, bahwa dia telah dzolim. Allah telah memilihnya menjadi nabi yang penuh kemuliaan. Tidak semua orang mendapat kemuliaan seperti itu. Tapi Nabi Yunus malah lari dari tanggung jawab sebagai utusan. Pergi sebelum tugas Tuhan sempurna usai.
Lalu terucaplah doa itu. Doa yang Nabi Yunus sampaikan dengan penuh kesadaran bahwa ia telah dzolim. Dzolim pada Allah yang memilihnya sebagai nabi, dzolim pada diri sendiri karena tidak sabar berjalan di atas jalan dakwah, dan dzolim pada kaumnya yang malah mendoakan kehancuran bagi mereka ketimbang berdoa agar mereka diberikan hidayah.
"Lailaha illa Anta, subhaanaka innii kuntu minadzolimiiin..."
Doa taubat itu terus diulang dengan penuh kepasrahan, sebab beliau sadar tak ada lagi siapapun yang dapat menolongnya dari perut ikan paus kecuali Allah.
"Sungguh tak ada Tuhan selain Engkau, duhai Allah. Mahasuci Engkau. Sungguh aku adalah orang yang dzolim."
Taubat itu akhirnya diterima. Hingga Allah menyuruh ikan paus memuntahkan tubuh Nabi Yunus dari tubuhnya.
***
Untukmu para ibu... Allah lah ya memilihmu sebagai ibu. Tugas Anda adalah mendidik anak sesuai aturan Allah dan tuntunan Rasulullah. Laksanakan saja tugas itu. Jangan berhenti mendidik anak-anak serta menyayanginya sepenuh hati, hanya karena melihat mereka nakal dan tak mau nurut. Meski lelah mendera, meski suara tangis memekakkan telinga. Tugasmu hanya melaksanakan perintah. Hasil akhir serahkan pada Allah.
Duhai engkau para ayah... Allah yang memilihmu sebagai ayah. Selain mendidik anak bersama istri, tugas Anda adalah mencari nafkah halal. Maka laksanakan tugas itu. Jangan sampai kesulitan demi kesulitan dalam mencari harta halal, membuatmu tergoda mencari harta lewat jalan haram. Bersabarlah bila rezeki kita memang masih kecil. Sebab tugas kita hanya menjalankan perintah. Tak sedikit pun kita kuasa atas pengaturan hasil akhir.
Bagimu para guru... Allah juga yang memilihmu. Tugasmu hanya menyebarkan ilmu. Hanya itu. Tentang Murid-murid yang susah diatur, atau tak bisa menangkap pelajaran, itu mutlak ranah Allah sebagai Dzat yang memberi ilmu. Jadi teruslah berusaha mengajar dengan baik. Jangan berhenti bersabar menyebarkan ilmumu.
Dari kisah Nabi Yunus, kita bisa belajar untuk tidak pernah berhenti berusaha sebelum maut menjemput kita. Karena tugas kita di dunia hanya melaksanakan perintah, maka kerjakan saja. Urusan hasil, biar Allah yang menentukannya.
***
Surabaya, 25 Juli 2018
Fitrah Ilhami
Inspirasi by: QS. As-Shaffat 139
Tidak ada komentar:
Posting Komentar