.
Fitrah ke-Ayah-an dalam Pengasuhan Anak
Seorang ibu muda mengeluhkan sikap suaminya. Sang suami ini menyerahkan semua urusan dan keputusan rumah tangga kepada istrinya, termasuk urusan pendidikan anak-anaknya. Sang suami tidak pernah mau hadir ke acara pendidikan anak, bahkan dengan paksaan.
Seorang ayah yang tidak mau berperan sesuai fitrah keayahan, ditenggarai disebabkan tidak dekatnya para ayah itu dengan ayahnya. Mereka kekurangan supply maskulinitas dari ayahnya saat berusia 0-14 tahun. Sang ayah seperti ini menyerahkan semua urusan kepada istrinya.
Para ayah yang tumpul dalam peran keayahan ini umumnya tidak dekat dengan ayahnya, terutama pada periode penting usia 7-14 tahun. Mereka biasanya sangat dekat dengan ibunya sehingga supply feminitas sangat dominan dalam dirinya.
Seringkali, di dalam keluarga yang memiliki ayah supersibuk di luar rumah, tetapi tidak berperan penting untuk anak lelakinya di dalam rumah, akan memiliki anak lelaki yang sangat "feminin". Anak lelaki yang tidak mendapatkan figur keayahan dan tidak mengalami kelekatan dengan ayahnya, berpeluang besar menjadi lelaki yang keibuan.
Bahkan, sebagian ayah, ada yang tidak pernah mau berpisah dari rumah orangtuanya walaupun sudah menikah dan punya banyak anak. Berkali-kali dibelikan rumah, tetapi selalu kembali ke rumah orangtuanya. Dia tidak bisa berpisah dari ibunya. Dunia di luar sana begitu menakutkan dan menggelisahkan baginya.
Sebaliknya, sebagian ayah yang hanya dekat dengan ayahnya dan tidak dekat dengan ibunya saat berusia 0-14 tahun, akan kekurangan supply feminitas. Biasanya, mereka sangat egois dan terlalu rasional. Leaderhipnya terlalu dominan sehingga sulit bersinergi dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam sejumlah kesempatan, istri dan keluarganya memang diajak rapat untuk memutuskan sesuatu. Namun, akhirnya keputusan sang ayah yang dipilih dengan mengabaikan pertimbangan istri dan keluarganya. Ayah seperti ini sangat sulit bersinergi, dia selalu ingin menjadi pemenang.
Tentu saja, perlu dibedakan dengan beberapa ayah yang memang memiliki personality influencer sangat dominan dan leadership sangat tinggi. Dalam bersinergi atau bermusyawarah, adabnya adalah menurunkan ego serendahnya, menampilkan emphaty setingginya, menggunakan seni untuk menjadi pengikut dan pendengar (followership) dalam tahap tertentu.
Followership ini didapat dari ibunya. Para suami yang tidak mau mengalah, sangat dominan, tidak bisa bersinergi, baik di rumah maupun di masyarakat, umumnya tidak mendapat suppy feminitas yang cukup dari ibunya saat usia 0-14 tahun.
Dalam kasus tertentu bisa jadi sangat "childish", sangat egois, sangat keras kepala, kasar terhadap istrinya, dan sebagainya.
Para ayah yang terlalu "keibuan" maupun terlalu "egois" ini harus menyadari kekurangannya dan kembali ke peran keayahan yang sejati. Mereka, para ayah yang terlalu keibuan harus mendapat "sosok ayah" yang bisa diteladani leadershipnya dan para ayah yang sangat egois harus mendapat "sosok ibu" yang bisa melembutkan hatinya walau usia mereka sudah dewasa. Dalam kasus yang parah memang harus ditangani psikolog dan terapis.
Sebelum semua terlambat, dalam pendidikan berbasis fitrah, khususnya fitrah seksualitas, disarankan kehadiran peran ayah dan peran ibu secara seimbang di sepanjang usia anak 0-14 tahun. Itu semua agar supply maskulinitas dan supply feminitas berkembang secara seimbang dan proporsional sesuai tahapan perkembangan.
.
Paternity Leave in Sweden
https://youtu.be/7QlO7awQzDY
.
The Beginning of Life : Brain Connections
The Most Rapid Period of Brain Development is in the First Few Years ... everything that follows has to build on that foundation.
https://youtu.be/SWHjePF6JJ8
.
Father
https://youtu.be/1Cq9RG-6bmw
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar