Senin, 09 Januari 2017

Cinta tak sampai

*PESAN CINTA YANG TAK SAMPAI*

Menurut Elly Risman, psikolog senior, salah satu hal yang mempengaruhi seksualitas seorang anak adalah KOMUNIKASI orangtua kepada anak. Ada 12 gaya berkomunikasi populer yang MEMBAHAYAKAN, memberi dampak BURUK kepada anak.

Dalam tema ini, mari simak buku Bicara Bahasa Anak yang ditulis oleh Rani Razak Noe'man, Parenting Trainer Yayasan Kita dan Buah Hati, yang mengulas gaya komunikasi tradisional yang berbahaya untuk anak, yaitu :

1. Memerintah
2. Menakuti/mengancam
3. Menceramahi
4. Menginterogasi
5. Memberi cap
6. Membandingkan
7. Menyalahkan
8. Menghakimi
9. Mendiagnosis
10. Menyindir
11. Mengalihkan
12. Memberi solusi
13. Menghibur
14. Menjamin
15. Membohongi

Ringkasnya, pangkal persoalan yang timbul antara orangtua dan anak sebagian besar berangkat dari sikap "Keliru dalam berkomunikasi". Kegagalan berkomunikasi akan berakibat pada kegagalan dalam membangun pola asuh yang sehat. Distorsi komunikasi menyebabkan distorsi perilaku.

Seringkali orangtua mengomel, marah atau mengkritik perilaku anak karena didasari rasa sayang mereka kepada anaknya. Namun, rasa sayang itu ternyata tidak ditangkap oleh anak. Yang anak rasakan adalah tindakan mereka tidak pernah benar di hadapan orangtua.

Anak yang sering diremehkan, dikritik, diancam, disindir, dibanding-bandingkan, dicap negatif akan merasa bahwa dirinya, perasaannya dan keberadaannya tidak diterima oleh orangtua. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, merasa tidak berharga, konsep diri rendah, pendendam, dsb.

Kita berkomunikasi untuk menyampaikan isi hati kita. Tujuannya, agar orang yang diajak berkomunikasi memahami maksud kita dan melakukan apa yang kita inginkan. Apabila ternyata apa yang kita sampaikan tidak ditangkap dengan baik oleh pihak lain, berarti ada kesalahan dalam berkomunikasi.

Komunikasi bukanlah "apa yang kita sampaikan", melainkan "Apa yang ditangkap oleh orang yang kita ajak berkomunikasi." Ketika kita sudah menyampaikan sesuatu, tetapi lawan bicara tidak memberikan respon yang kita harapkan, bisa jadi karena cara berkomunikasi yang kurang tepat.

Ada 3 hal penting yang sangat berperan dan berpengaruh dalam sebuah komunikasi, yaitu : verbal, voice dan visual. Verbal merupakan kata-kata dan berpengaruh 7% dalam komunikasi. Voice adalah cara mengucapkan kata-kata dan berperan sebesar 38% dalam komunikasi. Visual, dalam hal ini bahasa tubuh (body language) dan ekspresi wajah (facial expression), merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam komunikasi, yaitu sebesar 55%.

Artinya, cara menyampaikan suatu pesan sangatlah penting dibandingkan isi pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, agar pesan tersampaikan dengan baik, gunakanlah bahasa tubuh yang sesuai. Caranya dengan menyediakan waktu, tidak menyampaikan dengan terburu-buru, melihat suasana hati anak, menunda penyampaian pesan jika anak sedang tidak nyaman, serta menyampaikan pesan dengan disertai penjelasan. Seringkali orangtua tidak memperhatikan cara penyampaian suatu pesan kepada anak. Seringkali orangtua senang mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan segala persoalan anak. Seringkali orangtua tidak memahami bahasa tubuh anak.

Jika orangtua mampu menampilkan bahasa tubuh yang tepat saat berkomunikasi dengan anak dan mampu memahami bahasa tubuh anak, maka anak pun akan belajar untuk memahami bahasa tubuh orang lain. Anak akan tumbuh menjadi manusia yang penuh empati, mampu memahami bahasa tubuh orang lain dan mampu memberikan respon yang tepat dalam berkomunikasi.

Kunci utama kesuksesan dalam pengasuhan anak adalah komunikasi. Mengasuh adalah berinteraksi dan berkomunikasi. Urat nadi mengasuh anak terletak pada cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan membuahkan pola asuh yang baik pula.

Dalam berkomunikasi kepada anak, berapapun usia anak itu, ia selalu melakukan "penafsiran" atas kata-kata yang ia dengar, mimik dan gerak tubuh yang ia lihat.

"Manakala berbicara dengan anak-anak, yang paling penting bukanlah apa yang kita katakan, tetapi bagaimana kita mengatakannya. Berhati-hatilah dalam mengeluarkan nada suara dan gerak tubuh saat berbicara dengan mereka."

Gaya komunikasi tradisional berdampak buruk kepada anak. Orangtua harus belajar untuk memperbaiki cara berkomunikasi atau disebut "Terapi Komunikasi", dengan cara membuka jalur komunikasi dengan bahasa tubuh dan mendengar aktif.

Mendengar aktif adalah mendengar dengan keseluruhan diri kita, yaitu mendengar dengan telinga, mata dan jiwa. Tujuan mendengar aktif adalah memahami lawan bicara seperti yang ia rasakan, bukan seperti yang kita sangkakan.

Teknik Mendengar aktif :

1. *Encouragement* (Mendorong anak untuk terus berbicara)
Dalam tahap ini, tataplah mata anak dan tunjukkan dengan bahasa tubuh yang baik. Jangan mengatakan setuju atau tidak setuju. Namun tanggapi setiap perkataan anak dengan ketertarikan penuh. Misalnya :
• "Ooo... Begitu..."
• "Oh ya? Terus bagaimana?"
• "Wah, menarik tuh. Lalu, apa yg terjadi?"
• "Wah... Wah..., lalu kamu ngomong apa?"
• "Apa yg ia katakan waktu kamu ngomong begitu?"

2. *Restating* -Mengulang inti pembicaraan yg disampaikan anak.
Setelah anak selesai bicara, orangtua perlu mengulangi inti pembicaraan yang disampaikan anak. Caranya dengan mengulangi ide dasar pembicara dengan menggunakan kata-kata orangtua sendiri.
Misalnya :
• "Apakah maksud kakak...?" (Ungkapkan yang dipahami oleh orangtua)
• "Kalau bunda tidak salah paham, kakak memutuskan untuk..."

Tujuan pengulangan adalah untuk menunjukkan kepada anak bahwa orangtua benar-benar mendengarkan dan memahami isi pembicaraan. Perhatikan bahasa tubuh supaya benar-benar tulus dan antusias berkomunikasi dengan anak.

3. *Reflecting* -Memantulkan perasaan anak.
Tujuannya untuk menunjukkan bahwa orangtua mendengarkan dan mengerti perasaan anak. Misalnya :

• "Kamu merasa bahwa..."
• "Kelihatannya, kamu..." (Bangga, senang, sedih atau bingung)

4. *Summarizing* -Menyimpulkan isi pembicaraan.
Langkah terakhir dalam teknik mendengar aktif adalah mengumpulkan dan menyimpulkan ide-ide dan fakta dari pembicaraan yang sudah berlangsung. Kesimpulan tersebut digunakan untuk menciptakan landasan dalam mengambil keputusan lanjutan serta mereview perkembangan dari situasi.

Caranya adalah dengan menyatakan ulang, memantulkan dan menyimpulkan ide utama dan perasaan pembicara.  

Kalimat yang bisa digunakan antara lain :

• "Kalau bunda tidak salah, kamu merasa bahwa...tentang situasi..."

Anak-anak, seperti halnya orang dewasa, butuh didengar dan dipahami perasaannya. Bukankan kita juga sering menumpahkan perasaan kepada seseorang, semata-mata hanya ingin didengar, bukan karena membutuhkan nasihat? Dan setelah itu kita mampu menyelesaikan sendiri masalah. Jadi kita hanya butuh *DIDENGAR* dan *DIPAHAMI PERASAANNYA*.

Upaya orangtua mengidentifikasi perasaan anak akan melatihnya untuk mengenali perasaan sendiri. Anak akan mampu menemukan masalahnya yang sesungguhnya dan tidak mencampuradukkan dengan perasaannya.

Cobalah untuk memahami dan mendengarkan perasaan anak, dengan cara :
• Menghargai setiap ucapan anak, seremeh apa pun yang diceritakannya.
• Terbuka pada makna di balik kata-kata dan bahasa tubuhnya
•Tidak memberi nasihat dan gaya komunikasi tradisional

_*Anak berhak atas diri kita yang terbaik sebagai orangtuanya*_

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar