Semenjak suamiku pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya kepangkuan Illhi Rabbi, suasana hidupku langsung berubah total. Isi rumah yang biasanya penuh canda tawa dan senyuman indah serta lantunan hafalan ayat-ayat Al-Qur'an, kini berubah jadi sunyi dan sepi. Anak-anak balitaku yang dulu suka bernyanyi-nyanyi riang penuh gembira, kini tak lagi bernyanyi. Hati kami masih diselimuti penuh duka dan airmata, yang sepertinya tak kunjung berkesudahan. Anakku selalu bertanya kemana Papahnya pergi dan kenapa sudah malam hari tapi Papah tidak juga segera pulang? Papah di mana dan Papah sedang apa?
Aku hanya bisa terdiam sejenak sambil berlinang airmata, mulutku komat kamit berdoa meminta kekuatan sama Allah seraya memeluk mereka satu persatu dan memberikan jawaban bahwa papah itu harus bekerja untuk membeli susu kalian. Agar mereka tenang dan merasa terhibur hatinya. Ya Rabb... sampai kapan hamba harus menutup-nutupi semua ini?
Hari berganti minggu, bulan berganti tahun, pertanyaan dari anak-anakku yang masih polos itu selalu sama yaitu: mamah, di mana papahku? Kemana papahku pergi? Papahku sedang apa? Dan kapan papahku pulang?
Hatiku terasa teriris, akupun menangis segera kupeluk erat anak-anakku. Papah tidak kemana-mana sayang, papah selalu ada disekitar kita, papah selalu melihat kita, tapi kitalah yang tidak bisa melihat papah. Papah sudah dipanggil sama Allah karena tugas papah sudah selesai. Sekarang mamahlah yang harus melanjutkan semua tugas-tugas papah. Seperti bekerja untuk mendapatkan penghasilan, agar bisa membeli susu, kue dan makanan untuk kalian, memasak dan mencuci baju kalian, mengantarkan dan juga menjemput kalian sekolah.
Dalam hal ini, untuk menjelaskan kematian seseorang kepada anak-anak yang masih balita memang tidak mudah, apalagi yang meninggal adalah sosok figur seorang ayah yang sudah sangat dekat dengan mereka. Tapi saya tetap berusaha menjelaskannya dengan bahasa anak-anak sebagaimana, ada jenis kelamin laki-laki pasti ada juga perempuan, ada orang dewasa pasti ada juga yang masih anak-anak, ada siang pasti ada malam, ada panas pasti ada hujan, ada sakit pasti ada sehat, ada kehidupan pasti ada kematian, sampai mereka paham bahwa papahnya itu sudah tidak bisa lagi mendampinginya dalam keseharian sehingga meraka paham betul apa yang harus mereka lakukan yaitu mendoakan orangtua adalah salah satu pengobat rindu antara anak dan orangtua.
Sementara itu saya memutuskan untuk bekerja serabutan. Bangun pagi-pagi belajar membuat makanan untuk di jual dari warung kewarung sekitar rumah sampai kantin sekolah. Bila sore hari sy mengajar Pivat anak-anak sekolah dari rumah ke rumah. Dan kalo malam saya belajar menjahit sampai menerima orderan pesanan kaos yang di modifikasi dengan kain Flanel.
Masya Allah.....
Selama dua tahun penderitan dalam hidupku tidak hanya sampai disitu, ternyata penghasilanku dari hasil kerja kerasku tidak pernah bisa mencukupi biaya kebutuhan hidup. Jangankan untuk membeli susu buat anak-anak, untuk membeli sayuran dan beras saja kadang-kadang masih kurang. Satu-satunya jalan adalah saya tidak boleh makan 3 kali dalam sehari. Supaya uangku cukup untuk membayar biaya sekolah anak-anak dan bisa membayar kontrakan maka saya harus makan 1 kali dalam sehari. Lalu ya Allah.... lalu sampai kapan hidupku seperti ini ?
Sejak saat itu saya mulai rajin merutinkan sholat Tahajut di sepertiga malam, lanjut sholat Witir dan tidak lupa saya awali dengan sholat Taubat.
Saya minta ampun sama Allah jika selama ini saya memiliki dosa, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Mungkin selama ini saya belum bisa berbakti kepada orangtua, mungkin sejak saya hidup bersama suami saya kurang bersyukur kepada Allah, mungkin selama ini saya jarang bersedekah, mungkin selama ini saya jarang mengaji. Mungkin selama ini saya tidak pernah membayar zakat atas penghasilan suami. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lainnya sehingga Allah mengujiku dengan hidup yang penuh penderitaan dan kesulitan. Banting tulang kerja keras siang malam untuk membesarkan anak-anakku tanpa seorang suami sebagai pendamping dalam kehidupanku sehari-hari itu rasanya sangat melelahkan sekali. Sangat menguras tenaga, pikiran dan air mata, hingga berujung sakit yang harus di rawat di rumah sakit seorang diri. Rasanya ingin mengakhiri semuanya tapi bagaimana dengan malaikat-malaikat kecilku nanti ?
Mencoba menata hati, berusaha intropeksi diri dan melihat jauh kedepan maka kuputuskan mulai sejak saat itu, saya harus bekerja lebih keras lagi, harus lebih giat lagi, kecuali hari jum'at. Khusus hari jum'at saya fokuskan untuk beribadah kepada Allah SWT dengan cara mencari ilmu agama dan menambah pundi-pundi pahala melalui guru-guru ngaji di berbagai kajian. Setiap aku punya rezeki lebih maka aku akan berusaha menunaikan Zakat dan Infaq Shodaqah sebagai amal jariah. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu maupung yang akan datang.
Seperti yang tertulis di dalam Al-Qur'an yaitu: (Al-'A`rāf):156 - (Tempat yang tertinggi) Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami".
Dan janji Allah itu benar. Keajaiban itu nyata. Mukjizat Nabi Muhammad itu ada dan faktanya diwariskan kepada semua umatnya yaitu Al-Qur'an yang sekarang ini ada dalam genggaman kita, yang selalu kita simpan di hati masing-masing. Lantunan ayat-ayatnya yang menenangkan bisa dibaca dan kita dengarkan setiap harinya. Kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukan sekedar untuk dinyanyikan tetapi untuk dipraktekkan.
Diawali dengan mengerjakan sholat wajib tepat waktu, rajin berdzikir dan bersholawat ditambah sholat sunnah Taubat, Tahajjud, Witir dan Dhuha serta menghidupkan masjid dengan cara sholat berjama'ah. Kemudian saya paksakan diri dalam menginfaqkan sebagian harta disetiap harinya melalui kaleng-kaleng kencleng di dalam rumah sendiri. Dan setelah kenclengnya penuh barulah saya serahkan ke Masjid atau pondok pesatren. Semata-mata saya lakukan untuk mendapatkan ampunan Allah SWT dan Ridho-Nya.
Beberapa bulan kemudian kutemukan keajaiban demi keajaiban dalam kehidupanku. Alhamdulillah.... Satu persatu Allah kabulkan permohonanku dari ketenangan hati sampai bisa memiliki motor sendiri, meski dalam keterbatasan ekonomi, alhamdulillah Allah pertemukan anak-anakku dengan pemilik Sekolah Madrasah International yang sangat terkenal di kota Depok dan dengan kuasa Allah pemilik sekolah mengijinkan anak-anakku bs sekolah disana sampai lulus SMP dengan biaya yang sangat terjangkau. Rasa syukurku bertambah pada saat pemilik sekolah mengijinkan dan memperbolehkan saya menitip makanan di kantin sekolah. Sehingga tidak sia-sia saya belajar membuat kue dan makanan lainnya. Allah sungguh-sungguh menetapkah rahmat-Nya kepada orang-orang yang benar-benar bertaqwa. Tidak lama kemudian saya mendapatkan hadiah rumah dari Pimpinan yayasan yang ada diperusahaan Swasta, yang ada di kota Jakarta berikut sertifikatnya.
Terima kasih ya Allah atas semua nikmat yang telah Engkau berikan kepada hamba dan anak-anak hamba.
Ya Allah... hamba mohon balaslah semua kebaikan-kebaikan orang-orang yang telah berbuat baik kepada hamba dengan perkalian lipat-Mu.
Aamiin YRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar