RINDU PEMIMPIN TAIK (2)
Aslinya, saya kangen mendengarkan lagi ada pejabat yang ngomong taik taik, bajingan, anjing, bangsat loe saat ada live di televisi...Tapi sungguh mengejutkan. Kegarangan itu tidak muncul. Yang ada justru isak tangis terbata-bata. Bagaimana bisa terjadi?
Lelaki garang itu tiba-tiba bisa menangis?
Belajarnya kapan?
Belajar pada siapa?
Karena tak gampang bermain akting layaknya artis sinetron. Perlu latihan berkali-kali agar bisa mahir dan tampak alami.
Aku membayangkan lelaki itu tak pernah berurai air mata atau mulutnya menghiba. Kontras dengan kebiasaan yang selama ini ditampakkannya. Aku berharap ia tetap garang dan terus berkata penuh percaya diri: ini pengadilan taik, pak Hakim. Ini pengadilan sesat. Saya menangis dengan proses hukum seperti ini. Benar-benar taik. Saya harap pak Hakim tidak menjadi hakim hakim taik yang ngawur mengadili orang santun seperti saya!
Ada adagium, yang keluar dari mulut itulah yang ada di dalam pikiran dan hatinya. Jika kita tuang kopi dari teko, itu artinya yang didalam teko juga kopi. Bukan teh apalagi susu. Jadi, kalau dari mulut seseorang sering muncul kata taik, bangsat, maling, bajingan, anjing, maka kosakata-kosakata itulah yang ada dalam perbendaharaan hidupnya, pikirannya, hatinya.
Lalu masih percayakah kita kalau tiba-tiba ia bisa mengeluarkan airmata? Dalam adigium Jawa ada istilah air mata buaya. Ini diperuntukkan bagi orang yang menangis di depan orang banyak hanya untuk menghiba dan mengelabui padahal dia punya niat jahat dibaliknya. Nah, apakah yang kau lihat itu airmata buaya atau air mata serigala, aku pun sulit menerkanya.
Aku jadi ingat kisah tentang nenek tua itu. Ia hanya mengambil beberapa Batang kayu kering yang di anggapnya barang tak berguna di lahan orang lain. Nenek tua diadukan. Nenek tua sudah minta maaf kepada sang pemilik pohon. Nenek tua sudah menangis, menghiba, memohon maaf kepada bapak hakim yang mulia. Tapi hukum tetaplah hukum. Nenek tua harus tetap menjalani vonis satu tahun penjara. Tapi apakah airmata nenek tua ini airmata buaya atau airmata penyesalan? Silakan dirasakan kira-kira tepatnya yang mana.
Lalu bagaimana nasib lelaki garang yang sudah meminta maaf dan meneteskan air matanya sejak ketuk palu hakim pertama ini? Semoga para hakim ini terenyuh dan terketuk hatinya. Lalu menjatuhkan vonis bebas padanya. Pak Hakim telah tersentuh oleh air mata penyesalan dan permohonan maaf penuh ketulusan dari mulutnya. Biarkanlah orang mulia itu menebar kembali virus taik-taiknya kemana-mana. Itu mungkin akan menghibur masyarakatnya.
Dan biarlah kita menyaksikan nenek tua itu sendirian di dalam penjara yang sempit dan pengap. Dan di dalam ruangan gelap itu akan banjir airmata setiap harinya. Biarkan nenek tua menghabiskan hari-harinya di penjara dan dari mulutnya keluar istighfar dan kalimat thoyibah.
Hari ini harapanku ternyata sia-sia ..Kata taik, bangsat, maling, bajingan tak kudengar lagi. Apakah Selasa depan akan sia-sia lagi?
Apakah Minggu depan akan kulihat lelaki garang itu akan berurai air mata kembali?
Mari berdoa dan nonton teve yg berpihak pd realita.
Sy ambil tulisan ini dr abang Among Kurnia Ebo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar